Tuesday, October 7, 2014

Kamera Panasonic Lumix DMC GH4 dan Glidecam adalah pasangan terbaik !



Menurut saya, saat ini kamera 4K dengan internal recording terbaik yang akan menjadi pasangan Glidecam HD2000 saya adalah Panasonic Lumix DMC GH4. Walaupun bukan full frame, bahkan micro four third, tapi dengan lensa ultra wide cenderung fish-eye seperti PANASONIC LUMIX G VARIO 7-14MM F/4.0 ASPH kendala 2x crop factor bisa diminimalisir.


Banyak orang masih skeptis tentang "mengapa harus 4K?". Keuntungan pertama shooting dengan format 4K adalah future proof bagi karya karya saya. Memang saat ini monitor 4K masih jarang, bahkan monitor editing saya belum 4K. Perubahan dari full HD menjadi 4K bagaikan perubahan dari jaman kamera Betacam SP atau mini DV dengan format Pal (720 x 576) menjadi format Full HD. Resolusi lebih besar menawarkan detail yang lebih baik bagi proses bercerita. 

Saya adalah tipe "Detail Junkies", yang menikmati tajamnya daun kelapa atau bagian detail lain yang berada 50 meter dari tempat saya shooting melalui monitor editing saya. Ya saya menyukai gambar-gambar tajam, dulu gambar paling tajam untuk kelas DSLR, adalah Canon 5D Mark 2/3 dengan fasilitas Raw Recording dari Magic Lantern. Namun shooting Raw Rec memiliki workflow yang sedikit rumit.Keuntungan kedua shooting dengan format 4K karena menawarkan ketajaman sedikit diatas Raw Recording Full HD  Magic Lantern namun dengan workflow yang lebih simpel. 



Keuntungan ketiga adalah, bila hasil output kita adalah full HD, maka kita bisa mengatur ulang komposisi gambar dan menerapkan efek stabilizer tanpa mengurangi kualitas gambar. Glidecam sangat berbeda dengan 3 axis brushless gimbal. Glidecam sangat dipengaruhi oleh faktor manusianya. Salah cara jalan atau berlari saja akan menghasilkan gambar yang berbeda. Dengan 4K, kesalahan-kesalahan disaat menggunakan glidecam sedikit bisa ditutupi dengan stabilizer bawaan video editing.




Bahkan efek digital dolly ini bisa digabungkan dengan posisi kamera yang tidak lazim untuk video shooting, seperti Posisi Portrait. Why didn't I think of That...




Siapa bilang mengedit 4K dibutuhkan komputer dengan spek luar biasa? Berikut Spek editing saya:
- Processor : i7-2600K CPU @3.40 GHz  3.90 GHz
- Ram 32 GB
- Ge Force GTX 680
Dan berikut ini video tutorial dari David Dugdale untuk mengedit 4K agar menjadi "lebih ramah", terhadap video editing.



Selanjutnya... Mengapa harus 4K internal recording ? kebayang nggak bawa kamera plus Atomos Shogun di glidecam kita? Bukannya tidak bisa, tapi sedikit lebih ribet. Belum lagi kalau kita shooting ditempat yang banyak anginnya. Pasti menjadi tidak Aerodinamis, dan akan sering terganggu oleh guncangan angin.

Dua postingan saya akan lebih banyak bercerita tentang Panasonic GH4. Karena saya sangat mencintai kamera ini. Hehe





Thursday, September 11, 2014

My Epic Journey

Alhamdulillah semua pegal linu dan rasa kekecewaan selama bertahun-tahun menggunakan Camera Stabilizer kini terbayarkan. (Sepertinya) Saya sudah menemukan semua trik untuk menyempurnakan teknik menggunakan glidecam. Dan akan saya beberkan disini... tapi pelan pelan yaa biar semakin penasaran... Hahay...

Kisah ini berawal disaat Istri saya ingin pulang kampung ke tanah kelahirannya di Trenggalek. Saya dulu pernah belajar agama di salah satu pondokan di sana, dan di kota itulah saya berkenalan dengan istri saya. Trenggalek bagi saya teramat unik, sebuah kota yang dikelilingi oleh ratusan bukit menawan dan pantai-pantai yang indah. Ditambah lagi selama bulan Agustus di kota Trenggalek akan banyak diselenggarakan pawai dan karnaval jalanan menyambut hari kemerdekaan 17 Agustus dan hari jadi Trenggalek tanggal 31 Agustus. Adalah suatu tantangan bagi saya untuk kembali "Naik Gunung", untuk menjajal apa yang sudah saya pelajari selama beberapa tahun di Kota. Yaitu Glidecam...




Teori baru tentang Glidecam yang saya dapatkan adalah: Semakin berat beban kamera dan semakin lama drop time, maka akan meningkatkan kestabilan. Droptime yang lama hanya didapatkan pada beban kamera yang berat. Hal inilah yang tidak ada dalam buku panduan glidecam manapun. Ditambah lagi gue ada rencana shooting pantai, pasti anginnya kenceng. Maka faktor wind resistance menjadi faktor yang teramat penting. Oke kalau di foto sebelumnya, kalian pasti melihat ada yang aneh dengan glidecam saya:



Yess baby... itu adalah tambahan beban ditambah dengan battery grip. Alasan saya menggunakan battery grip adalah, selain karena bujet saya terbatas untuk membeli quick release. Dengan battery grip selain memudahkan penggantian batre di saat habis (tidak perlu mencopot kamera dari glidecam) juga ikut menambahkan beban pada DSLR consumer saya. Nah karena medan yang saya tempuh akan lebih banyak angin, maka sudah pasti monitor kamera harus saya tutup untuk menambah aerodinamis-nya. Dan beban yang berat turut mempengaruhi kestabilan disebabkan oleh terpaan angin. Saya pun harus cari akal untuk menambah beban pada bagian atas glidecam.

Sebenarnya glidecam juga mengeluarkan cheese plate seharga 15 dolar untuk menambah beban sebesar 0,37 kg seperti ini bentuknya:
ini link dari bh photo video:
http://www.bhphotovideo.com/c/product/656408-REG/Glidecam_GLCWP_Camera_Weight_Plate.html

Tapi karena saya gak punya waktu sebulan buat nungguin barang dateng dari BH photo video, dan sebenernya saya juga nyari harga yang lebih murah juga sih... hehe..
Kemudian saya mengorder pelat besi kepada tukang bubut langganan saya dengan tambahan beberapa lubang pada pelat tsb.






Kini tambahan beban adalah 1,2 kg belum termasuk DSLR, BG, Batre, Lensa mungkin totalnya sekitar 2 Kg. Saya menggunakan 3 beban pada bagian depan dan 3 beban lagi pada bagian bawah glidecam tersebut. Saya mengeset Droptime sebesar 4 detik. Lantas bagaimana hasilnya? Apakah teori tersebut benar atau salah? silahkan duduk dan saksikan video berdurasi 4 menit dibawah ini






Thursday, July 17, 2014

Fine Tuning Gimbal Pada Glidecam

WARNING: Pekerjaan ini bukan untuk noobies dan berjantung lemah. Hal ini dapat membuat garansi Anda tidak berlaku (jika Ada) Dan kerusakan permanen seperti baut menjadi dol. Penulis tidak bertanggung jawab atas kerusakan yang disebabkan oleh keteledoran Anda.

Pada post sebelumnya, saya menuliskan tentang mengkalibrasi gimbal pada Glidecam. Nah pada post ini saya akan menjelaskan bagaimana caranya.

Tapi cara ini hanya berlaku bagi Glidecam seri HD, XR, dan Pro. Tidak berlaku bagi camera stabilizer seperti flycam, laing, wondlan, dan lainnya. Jika Anda punya masalah dengan gimbal pada camera stabilizer merek tersebut, tunggu post saya selanjutnya.

Gimbal Malfunction adalah kesalahan pada gimbal system yang mengakibatkan camera stabilizer gagal mendapatkan Static Balance. Contohnya apabila Agan sudah berusaha mengeset camera stabilizer Agan secara vertikal, horizontal, dan drop time 2,5 sd 3 detik. Namun ketika camera stabilizer diputar 180 derajat, static balance menjadi kacau. 
ini contohnya.



Static balance sudah dapat dengan drop time 4-5 Detik dengan penghitungan stop watch. Setelah diputer, weleh-weleh kok menceng ke kiri ya?



Sebenernya sebagian sudah saya betulin. Awalnya malah lebih kacau. Depan Belakang pun juga nungging. Sori cuma sempet ngefoto yang miring kiri-kanan aja yaaa. 

1. Pertama Copot Camera Mounting Platform (Bagian Atasnya)
2. Kendorkan ke empat baut bagian atas gimbal (dikendorkan 1 sd 2 putaran saja yaa). Untuk obengnya saya pakai obeng yang ujungnya berbentuk bintang (Torx Wrench). 
Namun demi kepentingan ilmu pengetahuan... hahaha... Ke empat baut tersebut mau saya copot, untuk mengetahui kondisi bearing dan 4 baut adjustment apakah dalam kondisi baik. Maklum saya belinya seken, dari salah satu agan di komunitas DSLR Cinematography Indonesia. Jadi mari kita coba lihat sama-sama.


Nah ini penampakan bearing/laher pada glidecam. kelebihannya Glidecam dibanding Merek lainnya adalah adanya 4 mur untuk fine tuning pada gimbal. Keliatan kan mur-mur kecilnya ?



Kalo belum keliatan ini saya gedein gambarnya.


3. Pasang kembali camera mounting platform, pasang kamera, dan di balance ulang
4. Ini yang paling Sulit
Bagian yang menjauh dilonggarkan 1/2 putaran (diputar melawan jarum jam). Bagian yang mendekat dikencangkang 1/2 putaran (Searah Jarum Jam). 





Kemudian Glidecam coba diseimbangkan lagi hingga mencapai static balance. Kemudian putar 180 derajat, bila masih tidak seimbang lalukan step no.4 kembali. Hingga didapatkan static balance pada semua sisi.


Horee akhirnya berhasil.... Jangan lupa kembali ke step 1 dan 2 untuk mengencangkan kembali 4 mur pada bagian atas gimbal. Kemudian pasang kembali, static balance lagi. Kalau masih gagal ya diulang lagi.

Sebenernya pada glidecam saya awalnya selain menceng ke kanan, juga condong ke belakang. Caranya bagi agan yang glidecamnya condong ke depan atau ke belakang juga sama. Intinya Bagian yang condong kedepan, bautnya harus dikencangkan, tapi sebelum dikencangkan, baut yang belakang harus dikendorkan dahulu.

Total waktu yang saya perlukan untuk fine tuning ini adalah sekitar 4 jam + 4 jam jadi 8 jam. 4 jam pertama kunci L saya dol, terpaksa proses dihentikan karena harus beli kunci L merek Tekiro no.4 untuk mengencangkan mur yang bertugas fine tuning depan-belakang.
Rasanya Capek, Kemringet, dan Deg-degan bercampur jadi satu rasanya.

Kalo masih pusing silahkan liat video ini



Setelah berhasil fine tuning hd2000 saya merasakan perubahan besar pada glidecam saya. Mau Dibanting kiri-kanan, atas-bawah, tetep manuut aja... Benar-benar glidecam yang Sholeha. Loh ini istri apa glidecam sih ?!









Wednesday, July 16, 2014

Customized 3S Glidecam V3

Setahun yang lalu saya membeli camera stabilizer buatan Solo. Awalnya saya sangat puas dengan camera stabilizer buatannya. Saya bahkan sempat menang lomba video bebestar 2013 berkat alat ini. Dan dengan alat ini saya berlari mengejar BMW 1200 hehe.



Setelah kemampuan saya sedikit demi sedikit meningkat, saya merasa sedikit ketidaksempurnaan pada alat ini. Terutama pada gimbal system-nya.

Dengan mengambil beberapa acuan dari trend hand held camera stabilizer saat ini, yaitu sistem gimbal yang dapat bergeser naik dan turun. Saya mulai mencari tukang bubut yang mampu mengerjakannya. Untung saja ada tukang bubut dekat rumah yang bersedia.


Customized 3S Glidecam V3


Penyempurnaan dibagi menjadi 3 bagian, yaitu bagian atas, gimbal, dan platform(bagian bawah).

1. Bagian Atas (Camera Mounting Platform)

Bermodalkan uang Rp.20.000,- membeli water pass yang banyak tersedia di toko peralatan pinggir jalan. Wah kalau di AC* Harwar* harganya bisa mencapai ratusan ribu. 



Fungsinya apa lagi sodara-sodara, kalau bukan mempermudah mencapai static balance. Pemasangannya pun tidak asal.Harus melepas terlebih dahulu bagian atas dengan batangnya (telescoping post). Dan diletakkan pada bagian yang rata sesuai dengan water pass. Kemudan ditempel dengan lem besi (cyanoacrilic). Karena bila kita memasang water pass tidak pada bagian yang rata, maka tidak akan akurat.

2. Gimbal System

Ini nih yang paling seru. Gimbal diganti 100% termasuk 1 Bearing utama dan 4 Bearing penunjang. Bearing (laher) baru penutupnya dibuka dan gemuk yang berfungsi sebagai pelumas, diganti dengan oli yang lebih encer (lebih bagus lagi pelumas yang mengandung teflon/ptfe).

Mengapa? Karena Bearing pada camera stabilizer memiliki tingkat stress yang rendah dibanding pemakaiannya pada peralatan berat/mesin. Dengan adanya gemuk sebagai pelumas bearing justru menjadi penghambat bagi bearing untuk berputar bebas. 


Kedua yang gak kalah serunya adalah, menerapkan sistem gimbal yang dapat digeser naik turun. Anda dapat lihat pada bagian bawah gimbal terdapat alat untuk mengunci dan membuka, sehingga gimbal dapat bebas naik dan turun.

Ketiga, dengan lebih lebarnya diameter telescopic post tempat jari kita menari mengarahkan camera stabilizer  mengakibatkan alat ini menjadi lebih stabil dan lebih enak untuk diarahkan.

Keempat adalah kekurangannya sekaligus bisa menjadi kelebihan. Karena saya mengerjakan di tukang bubut dengan materi utamanya besi. Mengakibatkan alat ini memiliki berat yang lebih dibanding sebelumnya. Namun kelebihannya adalah menjadi lebih stabil. Seingat saya berat kosong alat ini melonjak menjadi 1,7 KG. Tanpa kamera dan beban tambahan. Sehingga bila ditambah kamera + Lensa + Vertical grip = 3 KG. WOW WOW WOW...
Tampaknya saya harus mencari materi selain besi untuk mengurangi bebannya.



3. Base Platform (bagian bawah)

Dibeberapa forum dan youtube banyak yang menjelaskan bahwa panjang-pendeknya base platform berpengaruh pada kestabilan. Bahkan operator handheld camera stabilizer asal Jepang menerapkannya pada flycam C5 miliknya. Lihat Postingan Saya "Those Amazing Japanese". Terinspirasi dari sanalah saya menambahkannya pada alat ini.




 Oke pengen lihat bagaimana alat ini terbang ? Nantikan post saya berikutnya...









Monday, July 14, 2014

Where is The Glidecam's Magic Button ?

Selama dua tahun saya megang glidecam, saya selalu nyari "tombol ajaib" yang bisa bikin hasil shooting terlihat fantastis. Tapi tombol itu gak pernah ada. 

Berbagai forum udah saya ikuti, ada yang ngasih tahu drop time cepat (1 detik) ada juga yang nyaranin drop time lambat (3 sd 8 detik). Tapi tetep aja hasil shooting belum bisa terlihat fantastis.


Saya kira inilah kesalahan orang terhadap glidecam, termasuk saya haha. Saya mengira glidecam adalah alat ajaib yang bisa membuat gambar secara instan terlihat fantastis. Dan klien pun terkadang merasa seperti itu. Dengan kameraman yang dilengkapi glidecam dan smooth shooter maka sepertinya akan ada jaminan gambar akan terlihat Amazing. SALAH BESAR.

Glidecam operator memerlukan latihan dan latihan terus. Glidecam operator bukanlah sesuatu yang instan. Melainkan harus melewati ratusan jam terbang yang melelahkan. Harus melewati rasa kecewa, rasa lelah, putus asa, dan semangat tak putus asa. Terkadang kita pun mulai menyalahkan alat kita yang tidak sempurna dan lain sebagainya sehingga enggan untuk berlatih lagi. 

Sebenarnya magic button sudah ada di diri kita tinggal kita mengaktifkannya. Glidecam adalah sebuah sistem yang tidak bisa berjalan sendiri. Diperlukan kaki seperti balerina yang berjalan maupun berlari dengan ringan, diperlukan holding hand yang cukup kuat untuk menahan beban, dan terakhir guiding hand yang dengan ringan terkadang keras untuk mengatur arah kamera.

Ngomong sih gampang... iya nggak... hehe...

Glidecam HD2000 Rondo Version

Setelah beberapa hari buka trit di kaskus, tentang pengen beli glidecam seri HD, akhirnya keturutan juga. Hari Sabtu Subuh tanggal 12 juli 2014 ada yang sms nawarin glidecam HD2000 dan HD4000. Walau lokasi seller jaraknya sekitar 160 KM dari rumah, akhirnya dengan nekat saya pun merapat.

Hari minggu kami ketemuan di Alfa WR Supratman Bandung. Setelah melihat dengan puas akhirnya saya memboyong Glidecam HD2000 milik agan Abdul. Gimbal tampaknya perlu dikalibrasi sedikit, karena walaupun sudah dapet static balance, kalau diputar 180 derajat terasa static balance berubah.  Tapi gak masalah selama masih seri Glidecam, gimbalnya masih bisa di fine adjustmen dengan menggunakan kunci L. Berbeda dengan Flycam, atau camera stabilizer yang gimbalnya sudah fix position. (Lihat postingan saya tentang cara fine tuning gimbal di sini)


Koleksi Mainan: Glidecam DIY, Glidecam HD 2000, Glidecam 2000 Pro.  

Udah gak sabar nih main-main sama Glidecam HD2000 Rondo Version haha. Nanti kalau sempet saya uplod deh videonya.

Monday, July 7, 2014

Those Amazing Japanese

Orang Jepang memiliki semangat Kaizen yang selalu bersemangat ingin memperbaiki kemampuan mereka setiap saat hingga tercipta kesempurnaan. Ini pula yang terjadi bila mereka menggunakan perangkat camera stabilizer. Mereka bahkan memakai glidecam KW asal India, Alias Flycam edisi C5 dengan meterial Carbon Fibre.

Melihat Video ini membuat hati saya miris bercampur minder. Sudah hampir 2 tahun saya sedikit-sedikit berlatih hand held camera stabilizer dan hasilnya sangat jauh dari apa yang mereka lakukan. Berikut ini adalah postingan dari user youtube Royz HDV



Video yang satu ini versi low mode nya



Coba lihat garis horizonnya tidak miring sama sekali, menurut saya ini adalah running shoot yang baik bagi operator camera stabilizer. Ternyata para operator camera stabilizer  ini secara ruting menyelenggarakan Steadycam Walk mereka berkumpul bersama dan menuju sebuah lokasi yang bagus untuk mereka shoot sambil menggunakan camera stabilizer mereka masing-masing. Beberapa peserta yang aktif diantaranya Naoki Doi, Eiji1782, bigtowerjo1, 1138kim, dan tomoawawawa. Mereka ada yang memakai Flycam C5, Flycam Nano, Steadicam Merlin, dan ada juga yang membuat sendiri alis DIY.




Wew kapan ya kita di Jakarta bisa bikin Steadicam walk kayak mereka, selain bertukar tips kita bisa juga sharing pengalaman. Kalau butuh temen curcol saya siap deh, tapi kalau waktunya juga kosong yaa. Kita main-main camera stabilizer muter muter Jakarta. hehe.

Sunday, July 6, 2014

Satu Hari Sebelum Puasa

Hari Sabtu tanggal 28 juli 2014, satu hari sebelum puasa, saya mengajak model andalan saya--siapa lagi kalau bukan anak dan istri tercinta--untuk main-main di UI Depok. Jam 8 pagi siap-siap berangkat sambil mempersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan.


Ok inilah peralatan sederhana yang saya masukkan ke dalam box motor. Glidecam 2000 Pro, Conon 650D, Lensa Kit, Wide converter, Tas isinya gerondong petong anak saya dan juga termos. weew. Karena hari itu belum puasa, kami menyempatkan beli es krim cincau di sana. Moga-moga aja yang liiat gak ngiler yaa...



Kalau boleh saya mengkritisi diri saya sendiri, beberapa shoot sudah mulai baik, hehe, tapi shoot terakhir saya nggak puas. Lha wong emang gak bisa re-take...

Friday, June 27, 2014

Permasalah Glidecam KW

Problema besar Camera Stabilizer adalah pada Gimbal-nya. Glidecam sebagai brand besar sudah mengetahui dan menyempurnakannya. Gimbal pada Camera Stabilizer umumnya terdiri dari 1 buah bearing besar agar pole bisa bergerak memutar. Selain itu terdapat 3 sd 4 bearing kecil yang mengikat bearing utama tersebut dengan tuas/ handle. Fungsi dari 3 sd 4 bearing kecil ini adalah meminimal gesekan ke atas-dan kebawah. Sehingga bila kita kita berjalan menaiki tangga, guncangan dapat teredam.

Lantas Bearing apa yang biasa dipakai oleh glidecam KW ? Jawabannya adalah bearing yang biasa dijumpai dipasaran yang biasanya digunakan dalam mesin/roda. Biasanya merek NTN kalau buatan Jepang. Kalau di Jakarta bisa di dapat di Glodok. Apakah bearing ini bisa digunakan untuk Camera Stabilizer ? jawabannya Bisa namun terkadang perlu penyesuaian.

Oke skip dulu pembahasan tersebut, kita kembali ke permasalahan glidecam KW milik saya. Seiring berjalannya waktu, semakin lama saya menggunakan Glidecam KW saya, saya mulai menyadari ketidak sempurnaannya. Saya menyadari bahwa camera stabilizer saya tidak memiliki yang namanya The stability of Balance.



Glidecam 2000 pro milik kantor, dengan mudah mendapatkannya. Saya sadar, sejak pertama kali beli, glidecam kw saya tidak bisa balance seperti video diatas. Ada apa gerangan ? Dugaan saya adalah Bearing yang seret.

Kembali kepermasalahan gimbal, pada Glidecam terdapat 4 baut untuk meng-adjust gimbal tersebut. sedangkan pada Glidecam KW setahu saya belum ada yang menerapkan teknologi ini.



Tapi Camera Stabilizer lainnya yang memiliki reputasi lumayan baik pun tidak memiliki fitur ini. Flycam, Wondlan, Laing, tidak bisa diadjust gimbalnya. Makanya teliti sebelum membeli.

Ok Next saya akan menceritakan bagaimana menghadapi bearing pada glidecam KW


Thursday, June 26, 2014

Beberapa Terminologi Camera Stabilizer

Beberapa orang (termasuk saya) sering lupa dengan beberapa istilah posisi dalam camera stabilizer. Video ini sudah sering saya tonton, tapi tetep aja lupa istilah-istilahnya.
Daripada saya kesulitan nyari, dan mungkin beberapa pembaca juga memerlukannya, jadi saya posting di sini saja hehe...



Untuk Low Mode Don Juan kayaknya susah banget kalo gak pake smooth shooter...
Don Juan aja rada-rada susah...

Kamera Stabilizer Untuk Semua

Karena sesuatu dan lain hal saya gak bisa kasih tahu camera stabilizer lokal mana yang saya pinang. Dengan harga yang relatif sama sekitar 1/3 dari harga Glidecam HD2000, saya rasa inilah yang namanya kamera stabilizer untuk semua. 

Pengalaman membeli produk lokal ini lumayan mengecewakan pada awalnya. Ada baut yang dol antara pole dan head quick release-nya, dan baut pengunci yang coplok untuk mengunci micro adjustment-nya pula. Walaupun sudah saya kembalikan dan diperbaiki (tentu saja biaya pengiriman ulang saya yang menanggung) dan tidak lama setelah itu baut pemberat bawah (antara pole dan botom plate)dol juga. Untuk masalah ini akhirnya saya kasih power glue, sampai sekarang aman aman saja.

Beberapa kali saya main-main ke UI depok di dekat balairung. Saya mengajak istri dan anak saya tercinta untuk menjadi model dalam belajar camera stabilizer. Memang alat mahal saja tidak cukup, untuk menjadi master dalam menggunakan camera stabilizer. Diperlukan sekitar 60% kemampuan individu, sedangkan 40% nya adalah kualitas dari alat tersebut. 60% diperoleh dari Jam Terbang latihan dengan camera stabilizer, tapi bila tidak ditunjang dengan alat yang prima, seperti keseimbangan horizontal, vertikal, dan drop time yang tepat, dan tingkat presisi dan kualitas camera stabilizer, Maka hasilnya juga tetap tidak sempurna. Bahkan Devin Supertramp bisa menghasilkan karya yang sefenomenal saat ini karena ia memiliki 9 tahun jam terbang dengan Glidecam HD nya.

Berikut ini adalah hasil dari main-main saya pada hari Sabtu pagi di taman dekat perpustakaan UI.



Bah... kalau saya lihat hasil master shoot saya, masih jauh sekali dari kata sempurna. Gue benci banget ngelihat shoot yang masih sering goyang ke kiri dan ke kanan. Kayak perahu oleng kena ombak samping. Sekarang sudah sampai tingkat putus asa tentang gimana memperbaikinya. Padahal semuanya udah seimbang, vertikal, horizontal, droptime, udah pas. Kenapa ya ? Dugaan gue adalah Guiding Hand gue terlalu kenceng nahan pole-nya. Sehingga justru mengakibatkan oleng ke kiri dan ke kanan.

Oke FYI aja untuk masalah istilah, dalam camera stabilizer diperlukan 2 tangan untuk pengoprasiannya. Tangan pertama bertugas menahan beban dari gimbal, yang disebut "Holding Hand", dan tangan satunya bertugas agar pole berada pada posisi ke arah subyek yang akan di shoot inilah yang namanya "Guiding Hand". Untuk orang yang Tidak Kidal, biasanya Holding Hand adalah tangan kanan, Guiding Hand adalah tangan kiri.





Oya kemudian video ini saya kirimkan ke Bebelac, karena kebetulan anak saya susunya Bebelac dan saat itu sedang ada lomba video dengan tema kasih sayang ibu dengan anaknya. Dan tanpa diduga video yang tak sempurna ini menjadi salah satu dari 5 pemenang Bebestar tahun 2013. Wow Wow Wow... mungkin saja saya yang terlalu kritis dengan diri saya sendiri. Tapi namanya tidak puas yah tidak puas. Saya masih belajar membuat gambar yang sempurna.



Glidecam Ori VS Glidecam KW

Bukan orang Indonesia namanya kalau nggak punya banyak akal. Hehe. Tapi yang gue omongin disini bukan sisi negatifnya loh. Karena Camera Stabilizer sebenernya adalah perlatan yang sebenernya dapat dibuat di tempat bubut yang memiliki mesin CNC. Tapi yang ngerjain harus orang yang ngerti dasar-dasar camera stabilizer juga, Kalo nggak bisa kacau. Karena Tingkat  presisi pembuatan adalah hal yang paling penting. Di luar negeri seperti Tiongkok juga banyak menciptakan Handheld Camera Stabilizer dengan kualitas beragam, mulai dari buruk hingga lebih baik dari pada buatan Glidecam. Laing P04 adalah salah satu Glidecam KW dengan build quality lebih baik dari yang orinya. Bukan kata saya loh tapi katanya Nitsan Simantov.




Nama Steadicam, dan Glidecam sebenernya adalah nama brand dari Camera stabilizer. Kalau mau buka-buka wikipedia tentang steadicam, Garett Brown lah yang pertama di dunia menciptakan sistem stabilisasi pada kamera. Kemudian Glidecam menyusul dengan peralatan yang lebih murah dan lebih ringkas. Jadi sebenarnya Glidecam adalah Steadicam KW, wkwkwk... Oya, Glidecam itu juga nggak melulu sebagai camera stabilizer, karena mereka banyak juga membuat Camera Cranes, Remote Head, Slider, dan lainnya. Silahkan lihat webnya kalo gak percaya



Untuk di Indonesia sendiri yang membuat handheld stabilizer dengan kualitas yang cukup baik adalah Budi Jangkung yang udah mulai bikin sejak tahun 2011 (lihat tritnya), Alfa Jib (Lihat Tritnya), S3 (Lihat facebooknya), selebihnya saya kurang tahu atau memang saya kurang teliti lihat hasil mbah google. Ketiganya saya pilih karena mereka sudah menggunakan sistem micro adjustment knob seperti camera stabilizer merk Glidecam seri HD. Dan proses pembuatannya sudah fabrikasi (CMIIW) sehingga hasilnya lebih rapih dan akurat.

Lantas Manakah yang akan saya pilih ? Tulisan ini masih akan  berlanjut... 


Lagi Lagi Racun...

Okelah gue nggak bodoh bodoh amat megang Glidecam, tapi juga nggak pinter-pinter amat sih. Itulah yang gue rasain hingga hari ini. Nah Sekitar setahun yang lalu tahun 2013 gue mulai berasa kalau gue mau pinter pake Glidecam, kayaknya gak mungkin deh gue berharap dari latihan Glidecam di kantor doang. Karena namanya ngantor pasti kita sibuk sama segala sesuatu yang menjadi kewajiban kita. Salah satu kewajiban gue yang lumayan berat adalah ngedit dan grading video biar bisa lulus Quality Control nya Metro TV.

Nah suatu hari saat ngaskus, gue ketemu kaskuser yang id nya Visualancer yang jualan video tutorial cara make Glidecam. Tentang Art of flying.  Kira-kira begini materinya:





Woow, gue kagum banget waktu itu ternyata banyak sekali gerakan-gerakan glidecam yang gue baru tahu.

Awalnya gue cuma tahu Glidecam itu cuma untuk Walking Shoot, Running Shoot, 360 degrees Shoot, ternyata ada juga Tilt Back and Drop dan Tilt down and Release. Sadar betapa ceteknya ilmu camera stabilizer gue, akhirnya tanpa pikir panjang langsung gue order sama kaskuser tersebut.

Setelah barangnya dateng, gue memutuskan untuk beli Glidecam, ya Glidecam, yang mungkin kelak jadi istri kedua gue dirumah dan istri pertama gue saat shooting. Tapi kalau buat kocek pribadi, glidecam HD 2000 kok terasa berat juga yah. Begitu gue search di google ternyata banyak juga orang Indonesia yang membuat kamera stabilizer dengan bentuk serupa tapi tak sama dengan Glidecam...

Bersambung !

Wednesday, June 25, 2014

My Glidecam Gurus

Saya belajar glidecam hanya bermodalkan bantuan dari mbah google dan video dari om Yusup (youtube.com) banyak yang menjadi guru sekaligus inspirator saya. Seperti Devin Graham / Devin Supertramp, Nitsan Simantov yang mengajarkan cara membongkar bearing (laher) glidecam agar lebih smooth, kemudian tentu saja channel video dari glidecam 

Untuk Davin Supertramp saya sangat menyukai karyanya disaat dia membuat video klip Crystallize - Lindsey Stirling yang telah ditonton 97 juta ummat. Bahkan di forum glidecam.com video ini telah di pinned--atau kalau di kaskus di sticky--di sub forum Glidecam Product Discussion



Davin Supertramp adalah glidecam guru saya, dia bahkan sering menggunakan kamera canon 1D C yang body only saja mencapai 1,5 KG dengan menggunakan glidecam HD 4000 tanpa menggunakan arm brace. Buset Dah saya pake kamera dengan total beban 1,2 kg aja udah ampun-ampunan kok. Sebenarnya banyak sekali video Devin Supertramp ini di youtube, Anda bisa mengklik ini untuk menuju ke youtube sitenya. Tidak hanya Canon, RED Camera bahkan Phantom Camera pun dengan santai diajak menari dengan glidecam oleh si Davin ini. 
Arm Brace agar memikul berat glidecam tidak pegel tapi kok harganya lumayan bikin manyun yah 

Kemudian Nitsan Simantov, dia memberi tahu cara yang nyeleneh tentang mengganti oli bearing / laher dari gimbal. Namun dia mengingatkan kalau cara tersebut Sangat Tidak Direkomendasikan oleh Glidecam corp. Namun bagi pengguna DIY glidecam, atau glidecam KW Buatan Indonesia (saya juga punya satu) cara ini sangat membantu, karena biasanya laher yang dipakai sebagai gimbal dari glidecam tersebut adalah bearing kendaran bermotor. Bearing ini menggunakan gemuk lengket agar bearing lebih awet. Namun Bearing untuk glidecam tidak memiliki tingkat stress yang tinggi dibanding penggunaannya di dalam mesin kendaraan bermotor. Tips ini sangat membantu sekali setidaknya pada glidecam KW saya hahaha...



Oke sekian dulu dari saya, nanti kalau ada waktu saya update lagi.


Perkenalan dengan glidecam

Hai... nama saya mdfaisal. Sebenarnya awal saya mengenal camera stabilizer saat saya masih bekerja di tv swasta sekitar tahun 2001. Pada saat persiapan shooting acara varity show music, tim produksi menambahkan steadicam unit. Pertama kali saya sangat amazed banget sama benda ini. Gak cuma dengan menggunakan alat ini seolah-olah kita memakai jubah Iron Man, dengan alat ini pun dia menjadi pahlawan penyelamat dengan menghasilkan gambar yang fantastis. Gabungan pendekatan handheald camera dengan gerakan smooth seperti dolly.


Gambar Hanya ilustrasi saja
Setelah itu saya pun mulai mencari tahu alat itu namanya apa, cara kerjanya seperti apa, dan lainnya. Kemudian dengan uang tabungan saya, saya membeli buku-buku di amazone.com tentang cinematography dan steadicam tentu saja. Saya bahkan mendaftar untuk kursus 3 bulan di Australia untuk mempelajari 16 mm film camera dan Steadicam sekitar tahun 2004. Namun sayang karena saya gak dapet visa akhirnya gagal mempelajari alat ajaib yang bernama steadicam ini.

Namun passion tersebut ternyata tidak hilang begitu saja. Seiring berjalannya waktu, ternyata munculah Glidecam yang harganya jauh lebih murah dari Steadicam. Dan dengan menculnya trend DSLR Videography dan juga kamera video yang semakin menciut ukurannya, maka jubah Iron Man Glidecam ini tidak mutlak dipakai. Jubah Ironman ini namanya Smooth Shooter, yang harganya 16 jutaan di tokocamzone.com

Kemudian tahun 2012 saya bergabung di ring of fire adventure. Disinilah saya mulai belajar menggunakan Glidecam 2000 Pro (Non Micro adjuster) dan Smooth Shooter. Walaupun main job desk saya sebagai video editor dan colorist, beberapa kali saya mendapat kesempatan untuk menggunakan jubah iron man tersebut. Dengan kemudahan youtube saya mempelajari cara-cara menyeimbangkan vertikal, horizontal, serta drop test yang diperlukan waktu 2 sd 3 detik saja. 

Blog ini adalah catatan bagaimana saya belajar kamera stabilizer (glidecam) from scratch to something... Hingga detik tulisan ini saya buat, saya bahkan belum dapat menyempurnakan teknik shooting menggunakan glidecam. Tapi saya masih memiliki semangat besar untuk memperbaikinya....  Stay Tuned !!!

About Me

Powered by Blogger.